Kamis, 10 September 2009

KATA PENGANTAR

Salamun-alaikum,

Saudara-saudara sesama muslim, dengan segala kerendahan hati perkenankan saya yang awam, Hilman untuk memperkenalkan blog ini kehadapan antum semua. Bukan hendak berpamer ilmu apalagi berkeinginan untuk berkonfrontasi, selain mengajak berikhtiar bersama demi memperoleh ridha atas kebenaran-Nya.

Blog yang diberi nama “Rekonstruksi Keimanan” ini (sama dengan judul e-book yang kami buat) didedikasikan kepada mereka yang berjuang dalam mengais pencerahan yang terselamatkan. Dan sesungguhnyalah ini bukan tentang omong-kosong yang tanpa isi atau sebuah isi yang tak berbingkai makna, melainkan keniscayaan tentang arti pencerahan yang sebenarnya. Sehingga sangat wajar apabila dalam proses penggalian terhadap setiap kebenaran akan terdapat kontroversi atau pertentangan, mengingat eksplorasi kebenaran secara telanjang pastinya secara tidak sengaja atau tidak langsung bisa membuat salah satu pihak merasa tertikam.

Gempa-gempa kecil atau besar sekalipun bisa saja terjadi dalam pikiran dan perasaan orang-orang yang tergoda atau terpengaruh untuk menyimak blog ini. Mungkin bukan suatu kekeliruan yang buruk, selain menjadikannya sebagai penyesalan yang panjang: kenapa gak dari dulu bikin blog kaya gini??? Pernyataan ini sama sekali tidak bermaksud narcist atau sombong, karena di zaman ini, yang namanya kebenaran butuh power image yang digelembungkan – hampir sama dengan fitrah penyimpangan dan penyesatan.

Karena, bagaimana orang bisa mengenal kebenaran dengan cara yang biasa, kalau iklan serta promo penyimpangan dan penyesatan dilakukan dengan cara-cara yang luar biasa?

Demikianlah, kami akan mempresentasikan kebenaran-kebenaran Al Qur’an dalam blog ini, yang boleh jadi akan membuat banyak orang terhenyak dan terbelalak tak percaya, demi mengetahui kalau selama ini umat Islam sudah hidup dalam kamuflase keimanan. Kita semua, semua, sudah dibohongi oleh sejarah-sejarah palsu.

Selamat menikmati perjalanan keimanan, yang pastinya akan membuat anda keleyengan.

PENDAHULUAN

Ya Allah, inilah saatnya. Saat yang tepat untuk mempresentasikan kebenaran-Mu, yang selama ini selalu diombang-ambingkan oleh gelombang penghasutan serta kemunafikan, sehingga menenggelamkan-Nya hingga ke dasar samudera yang pekat. Kebenaran-Mu yang suci dikebumikan dengan cara yang tidak layak dan jauh dari kata santun, oleh mereka yang mengaku sebagai umat-Mu – umat Islam.

Mereka menimbun-Nya dengan perangkat-perangkat kemunafikan, penghianatan, kebohongan dan keberpalingan, yang dialaskan oleh kesombongan serta nafsu angkara murka. Mereka memang tersesat, pada mulanya. Namun kemudian mereka ternyata menyukai jalan-jalan yang sesat itu. Yakni jalan yang lebih menawarkan kenyamanan-kenyamanan hidup yang melenakan.

Seribu tahun lebih sudah kebenaran dan keadilan-Mu diabaikan, tanpa ada yang berani mengusiknya secara terbuka dan utuh. Karena menyentuhnya berarti mati, atau paling tidak menerima konsekuensi-konsekuensi mengerikan yang tidak pernah terlintas dalam pikiran sebelumnya. Itulah kebenaran-Nya, yang teramat berat untuk dipikul, dan sangat sulit untuk disandang. Butuh ketegaran dan kesanggupan khusus agar dapat menanggungnya dengan ikhlas. Namun sementara itu, keikhlasan pun ternyata bukanlah suatu nilai yang bisa digapai dengan mudah, karena untuk menjadi ikhlas dibutuhkan struktur bangunan akidah dengan fondasi yang kokoh. Dan untuk menata akidah sendiri, diperlukan instrumen keimanan yang solid. Ini suatu kondisi yang sangat serba salah.

Hingga pada akhirnya, dan hampir selamanya, kebenaran-Mu akan terus mengendap di dasar palung kebatilan – tanpa ada yang mengungkapkan atau menguraikannya.

Blog ini dirangkai oleh niat kami untuk menyingkap tabir kebenaran Allah yang sudah lama tersembunyi atau memang sengaja disembunyikan. Kebenaran ini disemayamkan di tempat yang sangat sukar untuk dijamah, yaitu dalam paradigma umat Islam. Padahal kita tahu kalau paradigma merupakan sebuah konsep lengkap dalam kerangka teoritis, yang disertai dengan nilai-nilai empiriknya. Itu belum ditambah dengan ujian pengalaman dan premis-premis lain yang dikembangkannya.

Pun ketika blog ini sudah terselesaikan, perasaan gamang itu masih tetap bersemayam di pikiran. Bukan karena tidak merasa yakin dengan materi yang sudah jadi, melain lebih disebabkan oleh kekuatiran terhadap penerimaan para pembaca nantinya. Karena pastinya blog ini akan memunculkan kontroversi-kontroversi yang berujung pada polemik. Suatu hal yang sangat ingin dihindari oleh kami. Karena sesungguhnyalah, kami hanya berharap blog ini dibaca, direnungkan dan kemudian disikapi dengan kearifan, yakni sebagai cahaya penerang dan guyuran air yang menyegarkan. Dan, blog ini niscaya hanya akan menjadi sebuah blog yang gagal ketika ia tak mampu melahirkan suatu kesadaran yang serius, kecuali cuma memercikan friksi dan pertentangan di dalamnya.

Meski begitu, kami masih juga merasa bersyukur, mengingat masih adanya pihak-pihak lain yang justru lebih merasa takut dengan apa yang dikuatirkan kami sendiri, yaitu mereka-mereka yang mempertentangkan pemunculan blog ini, karena kuatir akan terkuaknya sebuah kebenaran sejati. Kebenaran yang akan membongkar ketidakberanian, kesalahan-kesalahan serta penyimpangan-penyimpangan yang selama ini telah dijalani atau diperbuatnya.

Dan kebalikan dari itu semua, insyaAllah blog ini akan menjadi penyambung idealisme bagi mereka-mereka yang selama ini ingin mengungkapkan kebenaran, namun yang artikulasinya masih tersumbat di anak tekak atau terlanjur kelu lebih dulu di ujung lidah. Selain dari itu, blog ini pun diharapkan mampu menjawab pelbagai pertanyaan yang selama ini hanya berseliweran di pikiran dan membuih di hati para pembaca semua.

Kegamangan itu tetap ada.......


Cipinang, 26 juli 2009

Kamis, 03 September 2009

SEKILAS TENTANG e-BOOK REKONSTRUKSI KEIMANAN

e-book Rekonstruksi Keimanan adalah e-book yang mengupas tuntas tentang argumen-argumen yang mengharuskan seluruh umat Islam untuk menolak keberadaan hadist secara total. Ini berarti, tidak ada istilah hadist mutawatir dan shahih sekalipun yang bisa diterima. Tesis atau teori yang mendukung argumen cerdas itu bukanlah berasal dari proses pencarian pribadi, melainkan hanya menyarikan dari gagasan-gagasan Tuhan yang sudah dituliskan-Nya di dalam Al Qur’an.

Lebih jauh lagi, e-book ini pun akan menyibak sejarah masa lalu Islam– yang ternyata – sebagian besarnya hanya berisi kepalsuan dan kebohongan belaka. Mereka-mereka yang menulis sejarah tersebut (siapapun!), selain tidak jujur, sesungguhnya juga tidak mempunyai perangkat atau model pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis, yakni dalam tujuannya mengidentifikasikan Allah, Al Qur’an dan Rasulullah dengan cara yang benar.

Secara sistematis, dijelaskan dalam e-book itu pula tentang para aktor utama yang sangat berkompeten untuk “melamurkan” mata setiap orang yang berkeinginan untuk menstudi sejarah Islam. Dan karena keburaman inilah maka tercipta mata-mata rantai sejarah yang terputus, saling bertentangan, atau tidak saling melengkapi. Ini merupakan proses rekayasa pelamuran sejarah yang sudah terstruktur rapi secara strategis, sehingga pada gilirannya mampu menghasilkan pandangan-pandangan yang multi-persepsi – sesuatu yang tidak diajarkan dalam Al Qur’an. Karena sangatlah mustahil dan janggal kalau sebuah petunjuk seperti Al Qur’an (bayangkanlah papan penunjuk arah dan jalan!) harus ditafsirkan lagi, guna mendapat informasi tentang arahan-arahan yang lebih tepat. Ini tentu bertentangan dengan fitrah dan hakekat dari sebuah Kitab Suci – yang semestinya tidak bermain dalam wacana Teka-Teki Silang Berhadiah ; Baragsiapa yang mendapat petunjuk, maka dia yang akan mendapat pahala. Dan siapa yang salah dalam membaca peta atau petunjuk jalan, maka dia akan nyasar kemana-mana.

Memang benar, kalau e-book Rekonstruksi Keimanan tentunya merupakan sesuatu yang akan sukar buat diterima. Sangat sukar. Karena tidak main-main, esensi e-book tersebut tak ubahnya mengajak kita semua untuk mendekonstruksi bangunan keyakinan umat Islam yang sudah berdiri dengan kokohnya. Bukan hanya persoalan-persoalan remeh temeh saja (seperti pengucapan kata “amin” atau “salam”) yang akan dicoba untuk dirobohkan, melainkan juga hal-hal terpokok dan utamanya – yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam.

Oleh sebab itu, harap tidak usah terlalu kaget kalau melihat bahasa atau kalimat-kalimat yang ada di dalam e-book tersebut terkesan sarkastik, provokatif, sedikit prejudice, dan offense. Bukan sengaja untuk bersengketa atau berpolemik dengan sesama muslim, melainkan hanya ingin memberi alternatif pemikiran secara multi-sided. Hanya memang, metoda yang sengaja digunakan untuk membongkar semua ini adalah dengan cara terapi setrum, yaitu supaya mampu menyengat kesadaran (atau ketidaksadaran?) bagi siapapun yang membacanya.

Terakhir, e-book “Rekonstruksi Keimanan” ini, sesungguhnyalah, hanya bertujuan untuk mengajak seluruh umat Islam untuk mempelajari kembali Al Qur’an dengan cara-cara yang benar dan intens. Alhamdulillah-hirobbilalamin

UCAPAN SALAM YANG MENYESATKAN

Sejarah telah membuktikan bahwa sudah sejak dulu mereka diselewengkan dari kebenaran, dan hebatnya, para penyeleweng itu mendasarkan penyimpangan-penyimpangan tersebut dengan dalih melaksanakan sunnah Rasul. Sebut saja ucapan assalammualaikum, yang tidak pernah diajarkan Allah. Karena Al Qur’an hanya menyebut “salam”, “salamunalaikum”, atau “salamunalaikum bima sabartum”, baik sebagai salam pembuka ataupun perpisahan. Ada banyak ayat dan surat yang mengatakan itu, tapi selalu dinafikan oleh para ulama kita.

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: Salamunalaikum, Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S.6.54)

Ini adalah salah satu ayat tentang ucapan salam yang diajarkan Allah di dalam Al Qur’an. Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menjelaskan hal tersebut. Bayangkan, apa yang digambarkan Al Qur’an itu sebagian besar adalah kosa kata yang ada di dalam surga. Jadi bagaimana mungkin para ulama di dunia ini tidak membaca hal itu. Kegelapan macam apa yang sebenarnya menyelimuti mereka, dan kebodohan jenis apa yang mencengkeram mereka – sehingga berani mengingkari hal-hal terbaik yang diberikan Al Qur’an?

Allah akan memasukkan kita ke neraka jahanam jika kita tidak melakukan salam dengan cara yang benar.

Penjelasan lengkap tentang ucapan salam ada di dalam e-book ‘’REKONSTRUKSI KEIMANAN’’.

AL-QUR'AN MENOLAK HADIST

Salamun-alaikum,

Alhamdulillah, hari ini ana bisa menyempatkan diri untuk mengisi blog yang sudah lama dicuekin. Maklum lagi sibuk sama urusan penerbitan. Rada ribet waktu kita tau kalau ternyata menerbitkan buku itu bukan hanya bicara tentang produksi, tetapi juga persoalan strategi marketing dan wilayah-wilayah pembeli potensial.

Well, ketika judul di atas dilaunching or broadcast ke hadapan auidiens, ternyata banyak sms dan telpon yang masuk menanyakan ketiadaan materi dari judul tersebut. Mereka secara terus terang (atau kasar malah) menanyakan nash atau argumen Al Qur’an yang secara jelas menentang keberadaan hadist. Mereka meminta pertanggungjawaban ana untuk mengungkapkan ayat-ayat Al Qur’an yang secara definitif dan eksplisit menerangkan hal tersebut.

Here are the answers :

Hal pertama yang ingin ana paparkan dalam memahami Al Qur’an adalah, bahwa Al Qur’an hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu, berakal, beriman, dan mempunyai keinginan keras untuk dapat mengerti (eagerness) Al Qur’an. Untuk keempat syarat tadi silakan antum sekalian mencari sendiri ayat-ayat yang mendukungnya (karena kalo ditulis di blog ini, sama aja ana gak ngasih encourage kepada antum semua buat belajar Al Qur’an secara mandiri). Tapi ini juga bukan berarti ana sudah memiliki keempat persyaratan tersebut secara paripurna. Uhh, masih jauh. Kita sama-sama sedang dalam fase pendidikan Tuhan kok.

Memang banyak di antara manusia yang memiliki kemampuan untuk memahami Al Qur’an, tapi ternyata tidak kurang juga dari mereka yang belum mampu “membacanya”. Membaca dalam arti yang jauh lebih luhur dari hanya sekedar mengutak-utik teks-teks belaka, tanpa “melihat” pada substansinya – isi yang tak terlihat dan tidak terbaca. Mungkinkah ada teks-teks Al Qur’an yang tak terlihat dan tak terbaca? Ada, yaitu konteks – yang bisa diartikulasikan ke dalam pengetahuan yang sangat luas, yaitu lahir dan batin. Konteks adalah bentuk-bentuk absurd dari universalisme, transendental dan metafisik, yang tidak bisa dipelajari hanya dari lingkungan dalam pesantren, majelis, rumah atau di mesjid saja – yang ruang hidupnya (lebensraum) serba terbatas.

Tidak aneh, kalau sebagian besar orang Islam di dunia ini yang mengaku sangat tahu mengenai kandungan Al Qur’an, tetapi masih berperilaku jahil dengan mengingkari isi teks-teksnya, menghianatinya, menyekutukannya, atau bahkan menambah-nambahkan pemahaman individual di dalamnya. Itu baru dalam wujud pengetahuan fisik dan minor, belum pengetahuan universialis yang sifatnya lebih visioner.

Terbukti sampai pada pada saat ini masih banyak para ulama, intelektual dan mufassir yang melihat isi Al Qur’an hanya berdasarkan pada konteks waktu atau pengkhususan yang terbatas, seperti kapan diturunkan ayat-ayatnya, dalam situasi apa, dan kepada siapa itu diturunkan. Sehingga yang terjadi kemudian adalah, kita membelenggu dan mengikat Al Qur’an yang lantas saja kehilangan daya “jelajahnnya” untuk menjelaskan, menerangkan, atau memerincikan segala sesuatu. Di satu sisi mereka menyanjung-nyanjung Al Qur’an sebagai kitab suci yang akan terus mempunyai relevansi terhadap masa depan, tapi di sisi lain mereka hanya bisa terpaku dan merasa menderita ketika membaca teks-teks Al Qur’an yang membicarakan soal umat-umat terdahulu – karena tidak mengerti dan merasa bosan.

Hasilnya bisa ditebak. Banyak celah dan ruang-ruang kosong yang bisa diisi oleh pemahaman dan pandangan-pandangan lain, yang sebenarnya tidak dibutuhkan Al Qur’an – karena tambahan-tambahan tersebut lebih banyak bersifat mengingkari dan menyekutukannya. Menyekutukan disini berarti meyakini sesuatu sebagai kewajiban-kewajiban mutlak untuk menaati dan menjalankannya tapi tanpa harus mengimani. Ini suatu absurditas dalam pengertian yang sangat tidak masuk di akal. Bagaimana suatu kewajiban-kewajiban yang tertuang di dalam hadist harus diyakini secara mutlak tanpa harus beriman kepadanya. Dengan asumsi bahwa, kalau kita mengimaninya berarti kita mengingkari keimanan kita secara total.

Hadist diakui sebagai sumber hukum Islam kedua selain atau setelah Al Qur’an. Hadist bersifat menjelaskan apa-apa yang tidak mampu dijelaskan Al Qur’an secara lebih spesifik. Hadist pun menerangkan segala sesuatu yang tidak dapat dijabarkan Al Qur’an supaya lebih dimengerti manusia akan maksud serta tujuannya. Dan dalam hadist pula dideskripsikan segala sesuatu yang tidak akan pernah bisa digambarkan oleh Al Qur’an. Alangkah hebatnya hadist, dan betapa lemahnya posisi Al Qur’an. Dan alangkah malunya kita sebagai umat Islam karena mempunyai kitab suci yang bisa disaingi oleh kitab yang tidak suci.

Silakan membelalakan mata, memangapkan mulut atau menggerutu, karena yang disampaikan ini bukan argumen ngawur yang asal njeplak dan tanpa dasar, melainkan suatu pemikiran kritis yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan Islam yang ingin mendapat kebenaran sejati dari Kitab Sucinya.

Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh hadist, yang materinya sangat bertentangan dengan esensi Al Qur’an – dan bahkan tidak ada di dalamnya.

1. Dari Abdurrahman bin Abd Al Qari, ia berkata, :
“Aku keluar bersama Umar bin Khatab menuju masjid pada suatu malam di bulan Ramadhan. Di sana kami menjumpai orang-orang berkerumun secara terpisah-pisah. Ada yang mengerjakan shalat sendiri-sendiri dan seorang yang lain shalat berjamaah (sekitar 10 orang). Kemudian Umar berkata, ‘Sesungguhnya aku berpendapat bahwa seandainya mereka disatukan pada satu orang qari (imam), pasti hal itu akan menjadi lebih baik. Keinginan Umar semakin kuat, sehingga ia mengumpulkan orang pada Ubay bin Kaab (untuk menjadi imam). Pada malam hari yang lain, aku keluar lagi bersama Umar, dan orang-orang mengerjakan shalat bersama imam mereka. Umar berkata, “Ini adalah sebaik-baik bid’ah, dan orang-orang yang meninggalkannya (yakni, orang-orang yang melakukan tarawih sendiri-sendiri) lebih utama daripada orang yang mengerjakannya (melakukan tarawih bersama).” Maksudnya akhir malam, sedangkan orang-orang yang melaksanakannya pada permulaan malam. (Mukhtashar Shahih Bukhari 2/986, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani).

Al Qur’an 11.18
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.”

Pembahasan : Surat di atas yang mewakili beberapa surat lainnya (dengan redaksi yang mirip) sudah nyata menjelaskan bahwa setiap perbuatan bid’ah -- yang diistilahkan Allah dengan kalimat “membuat dusta terhadap Allah” – adalah dosa. Jadi jangan lagi berdalih bahwa suatu perbuatan itu diklasifikasikan sebagai bid’ah hasanah, bid’ah dholalah dan lainnya -- karena semuanya tertolak.

2. Dari Abdullah bin Abu Aufa, dia berkata, :
“Suatu ketika kami bepergian bersama Rasulullah, dan beliau saat itu dalam keadaan berpuasa. Ketika matahari terbenam, beliau bersabda kepada sebagian orang, ‘Wahai fulan, berdiri dan seduhlah untuk kami.” Dia menjawab, ‘Ya Rasulullah, bagaimana jika setelah tiba sore hari (di dalam riwayat lain: jika menunggu hingga sore hari tiba?’ Dalam riwayat lain; hingga matahari terbenam?”. Beliau bersabda ‘Pergilah, dan seduhlah untuk kami.” Dia menjawab, “Ya Rasulullah, bagaimana jika setelah tiba sore hari (di dalam riwayat lain: jika menunggu hingga sore hari tiba.’ Dalam riwayat lain: hingga matahari terbenam?) Beliau bersabda ‘Pergilah, berdiri dan seduhlah untuk kami.’ Kemudian dia berkata, ‘Sekarang masih siang.’ Beliau bersabda, ‘Pergilah, dan seduhlah untuk kami.’ Kemudian dia pergi, dan menyeduhnya untuk mereka (pada perintah Rasulullah untuk yang ketiga kalinya). Setelah dia menyeduhnya, Rasulullah lalu meminumnya. {Kemudian beliau berisyarat (dalam riwayat lain: menunjuk) dengan tangannya ke arah sana. Dalam riwayat lain: lalu beliau menunjuk dengan jari telunjuk tangannya ke arah timur}, seraya bersabda, ’Ketika kamu melihat malam datang dari arah sana, maka bagi orang yang berpuasa boleh berbuka.’” (Mukhtashar Shahih Bukhari 2/957, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)

Al Qur’an 2.187
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu adalah pakaian begimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasamu itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.”

3. Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu’aith & Ibnu Syihab, :
“Saya tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal, yaitu; dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, dan dusta suami terhadap isteri atau istri terhadap suami untuk menghindari keburukan (Mukhtashar Shahih Muslim 8/28, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani).

Al Qur’an.51.10
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta.”

4. Dari Abu Hurairah, dia berkata,:
Rasulullah telah bersabda, ‘Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, dunia ini tidak akan kiamat hingga ada seseorang melewati kuburan saudaranya dan ia tidak mau beranjak pergi dari kuburan itu seraya berkata, ‘Seandainya saja saya yang menempati kuburan yang dihuni oleh pemiliknya ini, ’Di mana hal itu bukan karena hutangnya akan tetapi karena bala dan fitnah (Mukhtashar Shahih Muslim 8/1182-183 karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)

5. Dari Huzaifah bin Usaid Al Ghifari, dia berkata,:
“Pada suatu ketika secara tiba-tiba Rasulullah mendatangi kami yang sedang berbincang-bincang sambil bertanya, ‘Apa yang sedang kalian perbincangkan?’
Para sahabat menjawab, “Kami berbincang-bincang tentang kiamat.”

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi hingga kalian akan melihat sepuluh tanda sebelumnya {Rasulullah menyebutkan}; asap, dajjal, makhluk yang melata, munculnya matahari dari Barat, Turunnya Isa bin Maryam, Ya’juj dan Ma’juj, serta tiga gerhana, yaitu Gerhana di timur, Gerhana di barat, dan Gerhana di jazirah Arab. Akhir semuanya itu adalah api yang keluar dari arah Yaman yang menghalau umat manusia ke mahsyar (Mukhtashar Shahih Muslim 8/179, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)

Al Qur’an.7.187
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?”. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi mahluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Al Qur’an.33.63
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.”

6. Dari Abu Hurairah, dia berkata,;
Rasulullah bersabda, “Memakan daging semua binatang buas itu hukumnya adalah

Dari Abu Hurairah, dia berkata,’
“Rasulullah melarang untuk memakan semua binatang buas yang bertaring dan semua burung yang berkuku tajam.” .” (Mukhtashar Muslim 6/60, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)

Al Qur’an. 2.173
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (boleh memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Al Qur’an.5.3
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.”

Al Qur’an.5.87
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Al Qur’an.16.115
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka. sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Al Qur’an.6.145
“Katakanlah: “Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orng yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau babi – karena sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Al Qur’an.16.116
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”

Penjelasan tambahan : Melalui ajaran-ajaran hadist, sejak zaman dulu hingga sekarang, kita sudah dibuat dan dibentuk untuk merasa jijik kalau memakan kodok, rajungan, belut atau kepiting -- yang hidup di dua alam. Kita pun akan menghindar sejauhnya dari keinginan untuk memakan burung-burung predator yang berkuku tajam, seperti elang atau alap-alap. Demikian pula, mungkin kita merasa lebih baik menghindari untuk membunuh ular, buaya atau binatang buas lain karena larangannya untuk dimakan.

7. Dari Abu Hurairah, dia berkata,;
“Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang diantara kalian berwudhu, maka hendaklah ia memasukkan air ke dalam hidungnya lalu mengeluarkannya kembali. Barangsiapa yang bersuci dengan batu, maka hendaklah dalam jumlah yang ganjil. Apabila seorang di antara kalian bangun tidur, maka hendaklah mencuci tangannya sebelum memasukannya ke dalam air wudhu, karena seseorang itu tidak mengetahui di mana tangannya berada semalam.” (Mukhtashar Shahih Bukhari 1/107, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)

Al Qur’an.5.6
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkanmu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur.

8. Dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, bahwa ia pernah mendengar Abdullah bin Abbas mengatakan, bahwa Umar bin Khatab pernah berkata, sambil duduk di atas mimbar Rasulullah, ‘Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad dengan kebenaran, dan Allah pun menurunkan Al Qur’an kepadanya. Di antara ayat yang diturunkan kepada beliau adalah ayat yang menerangkan tentang hukuman rajam. Kami selalu membaca, menjaga, dan memelihara ayat tersebut. Rasulullah telah melaksanakan hukuman rajam tersebut, dan kami pun tetap melaksanakannya sepeninggal beliau.

Aku merasa kuatir suatu saat nanti akan ada seseorang yang berkata, ‘Kami tidak menemukan hukuman rajam dalam kitab Allah.’ Lalu mereka akan menjadi sesat karena meninggalkan salah satu kewajiban yang telah diperintahkan Allah.
Sesungguhnya (dalam Al Qur’an) hukuman rajam pasti untuk orang yang berzina yang sudah menikah, baik lelaki atau perempuannya, jika telah terbukti (berupa kehamilan atau pengakuan).” .” (Mukhtashar Shahih Muslim /116, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani).

Al Qur’an.24.2
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzinah, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”

Pembahasan : Hukum rajam yang diberlakukan atas orang-orang yang berzina merupakan adaptasi dari hukum Taurat, yang dikoneksikan dengan hukum Injil. Ini bisa dijelaskan dengan argumen sebagai berikut : Dalam Matius ayat 27, Yesus mengutip Hukum Taurat yang tersebut dalam Keluaran 20:14 dan Ulangan 5:18, “Jangan berzina”. Menurut Hukum Taurat dalam Ulangan 22:13-27 dan Imamat 20:10-21, setiap pelaku zina, baik laki2 maupun perempuan, keduanya wajib dilempari batu oleh orang2 sekotanya sampai mati.

9. Dari Abu Hurairah, dia berkata, :
“Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Nabi Ibrahim berkhitan pada usia delapan puluh tahun dengan menggunakan kapak.,” (Muslim 7/97)

Al Qur’an.95.4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Al Qur’an.54.49
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Penjelasan tambahan : Khitan atau yang dikenal dengan sunat merupakan suatu tradisi yang dikembangkan oleh kaum Yahudi dan Kristen (nanti dijelaskan pada bagian berikutnya).

Masih banyak – benar-benar sangat banyak – hadist-hadist yang bertolak-belakang, terinspirasi dari tradisi Yahudi, paganisme, Kristiani, atau yang tidak diatur oleh Al Qur’an. Mungkin akan menimbulkan pertikaian atau perdebatan panjang jika manusia yang mengkritisinya. Tapi yang menolak keberadaan hadist-hadist di atas dan banyak hadist lainnya adalah Al Qur’an sendiri. Penulis tidak berkompeten untuk menafsirkan hal-hal di luar aspek Al Qur’an, sehubungan dengan keberadaan hadist. Menolak adalah hak prerogatif Al Qur’an, hak penulis hanyalah mencatatkannya, dan memberikan hak kepada pembaca untuk menilainya sendiri.

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Q.S.29.3).

Kalau antum mau lebih jelas lagi, tunggu saja terbitnya e-book “Rekonstruksi Keimanan”. See you around folks. Salam

HADIST MENOLAK HADIST

Salamun-alaikum

Blog ini lahir dari sebuah janin yang bernapaskan perlawanan terhadap penyimpangan dan penyesatan yang sudah dilakukan hadist selama hidupnya. Satu hal yang tidak pernah disadari umat Islam, mereka sebenarnya adalah pihak-pihak yang membidani sendiri kelahiran dari hadist. Tapi juga jangan salah, hadist itu sebenarnya ajaran yang lahir di luar kandungan Islam – juga bukan anak haramnya. Dia sama sekali tidak memiliki hubungan genetik dengan Islam, karena sudah sejak awal sekali kehadirannya benar-benar tidak diharapkan oleh Rasulullah. Masa sih. Katanya hadist itu adalah kata-kata, sifat dan tindakan diamnya Rasulullah? Gak percaya kalau Nabi bener-bener sudah sebel sejak awal kepada hadist? Ini buktinya :

Dari Ali bin Abi Thalib, berkata, “Nabi bersabda, “Janganlah kalian berdusta atas namaku, karena sesungguhnya barang siapa yang berdusta atas namaku, maka hendaknya ia akan masuk ke neraka’.” (Bukhari 71/hal 81 - Ringkasan Shahih Bukhari karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani )

Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya berkata,”Aku berkata kepada Zubair bahwa “Aku tidak pernah mendengar engkau meriwayatkan satu hadist pun dari Rasulullah, sebagaimana si fulan dan si fulan lainnya meriwayatkan hadist?” Zubair menjawab, “Aku memang tidak pernah berpisah dari beliau, tetapi aku pernah mendengar beliau bersabda, “Barang siapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempatnya di neraka.” (Bukhari 72/hal 82 - Ringkasan Shahih Bukhari karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani )

Anas berkata, “Sesungguhnya yang mencegahku untuk menyampaikan banyak hadist kepada kalian adalah, bahwa nabi telah bersabda, “Barang siapa sengaja berdusta atas namaku, maka hendaknya ia bersiap-siap menempati tempatnya di neraka.” (Bukhari 73/hal 82 - Ringkasan Shahih Bukhari karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani )

Dar Salamah bin Al Akwa, berkata, “Aku mendengar nabi bersabda, “Barang siapa mengatakan atas namaku sesuatu yang tidak pernah aku katakan, maka hendaknya ia bersiap-siap menempati tempatnya di neraka.” (Bukhari 74/hal 82 Ringkasan Shahih Bukhari karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani )

Dari Abu Said al Khudri, bahwasanya Rasulullah telah bersabda, : " Janganlah kalian menulis sesuatu dariku. Barang siapa menulis dariku selain Al-Quran, maka sebaiknya ia menghapusnya… (Muslim 8/229 - Ringkasan Shahih Muslim karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani ).

Rasulullah bersabda: “Siapa yang sengaja berdusta terhadapku, maka hendaklah dia menduduki tempat duduknya dalam neraka” (Hadist Riwayat Bukhari). Hadist ini pun diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad bin Hanbal. Hadist ini menurut keterangan Abu Bakar al Bazzar, diriwayatkan oleh empat puluh orang sahabat, bahkan menurut keterangan ulama lain, ada enam puluh orang sahabat Rasul yang meriwayatkan hadist tersebut dengan redaksi yang sama.

Dari Al Mughirah bin Syu’bah, dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, : …..Barang siapa berdusta terhadapku, ia akan dimasukkan ke dalam neraka.” (Bukhari, jilid 1 hlm.38, jilid 2, hlm.102, jilid 4, hlm.207, jilid 8, hal 54, Muslim jilid 1, hal.8, Abu Dawud, jilid 3, hal 319-320, At Tirmizi, jilid 4, hal 524, Ibnu Majah, jilid 1, hal 13-15).

Dari Samurah bin Jundab dan Al Mughirah bin Syu’bah, mereka berkata, “Rasulullah telah bersabda, : “ Barang siapa menyampaikan sebuah hadist, lalu diketahui bahwa ia berdusta, maka ia termasuk salah seorang pendusta.’” (Muslim 1/7 - Ringkasan Shahih Muslim, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani)

Mau lebih jelas? Coba deh baca e-book “Rekonstruksi Keimanan”, pasti anda semua akan bertambah cerdas 360 derajat dari yang sekarang. Memang harga bukunya lumayan mahal, tapi itu semua ngga akan ada artinya dengan capaian pencerahan yang akan menghantarkan kita semua ke alam kebenaran yang sejati. Karena memang, selama ini kita selalu mengenyam pengajaran yang bersifat pembodohan secara sistematis, dan juga secara struktural.

MENGIMANI HADIST

Salamun-alaikum

Dari mana asalnya semua gerakan dan bacaan-bacaan dalam shalat? Dari mana umat Islam bisa mengenal tata-cara seluruh kegiatan ibadah serta ritualnya? Berdasarkan atas apa hukum-hukum sosial serta peribadatan umat Islam dibangun? Dan dari mana riwayat munculnya doa-doa serta wirid (tasbih, takbir dan takhmid) yang kita hidangkan setiap hari kepada Allah? Jawabnya sudah tentu adalah HADIST.

Apakah hadist merupakan kitab suci umat Islam? Bukan? Ah, yang bener? Di mana-mana juga yang namanya setiap unsur peribadatan dalam semua agama dijelaskan dan diambil dari kitab sucinya masing-masing. Masa hadist bukan kitab sucinya orang Islam, sih? Padahal, orang atheis saja punya “buku putih” dalam penentangan keyakinannya terhadap Tuhan. Jadi masa sih hadist gak bisa dianggap sebagai kitab sucinya umat Islam, kalau dalam kenyataannya hadist bisa menjelaskan dan menyempurnakan seluruh kegiatan beribadah agama kita? Atau kita semua salah ya kalau selama ini menganggap Al Qur’an sebagai kitab suci? Ah, yang mana sih yang bener? Katanya Al Qur’an itu kitab suci, kok dalam prakteknya malah hadist yang kelihatannya lebih berkuasa?

Trus sebenarnya hadist itu boleh diimani enggak sih? Nggak boleh? Really? Kenapa? Ohh, hadist tuh ternyata gak boleh diimani. Karena kata ulama-ulama kita, kyai-kyai kita, ustad-ustad kita dan seluruh pemuka agama umat Islam, kalo kita mengimani hadist, itu berarti kita menghancurkan bangunan keimanan umat Islam. Wow, aneh juga ya. Masa kita diwajibkan mengikuti semua instruksi hadist tanpa boleh mengimaninya? Tapi kan katanya hadist itu sunnah, tapi kok dalam prakteknya malah banyak wajibnya, dan akan berdosa jika meninggalkan perintahnya (perintah hadist maksudnya)? Bingung ya? Kami yakin, kita semua jadi sama linglung dan bloonnya dengan mereka-mereka yang beriman kepada hadist.

Mau bukti? Akan disebutkan berdosa tidak kalau kita melakukan teknik shalat atau gaya beribadat yang sesuai dengan Al Qur’an, tetapi berbeda dengan hadist? Pastinya begitu. Coba saja kalau kita tidak melakukan gerakan I’tidal (bangun dari rukuk), yang tidak diajarkan Al Qur’an tetapi diperintahkan hadist. Pastinya semua orang Islam akan mengecap orang bersangkutan dengan stempel aneh, lucu, sinting atau murtad.

SOSOK MUHAMMAD

Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (Q.S.25.30)

Kenalkah pembaca dengan pribadi pengeluh tadi. Yang kesedihannya saja mampu membuat seluruh malaikat menangis dan alam raya menjadi berduka karenanya? Siapakah yang berani membuatnya merintih. Yang dengan hanya meminta kesediaan Kekasihnya saja ia bisa membuat dunia menjadi kiamat seketika? Apa yang dia bela dengan mempertaruhkan seluruh hidupnya, padahal yang dengan itu ia malah mengalami penderitaan yang sangat panjang. Siapakah manusia pengeluh yang istimewa itu. Yang kalau saja dia mau maka seluruh dunia beserta penghuninya mampu bertekuk lutut di hadapannya?

Dia bukan siapa-siapa. Dia hanyalah seorang manusia biasa, yang kehadirannya di muka bumi ini banyak yang tidak menghendakinya. Dia ditolak dimana-mana, dan dia terus dihinakan oleh sebagian besar orang yang mengaku dirinya sebagai mahluk-mahluk yang mencintainya – bahkan lama setelah ketiadaannya. Dia dikucilkan bagaikan seorang berpenyakit kusta, dan dia dihianati oleh manusia-manusia bodoh yang tidak mengenal akan dirinya. Di akhir kehidupannya, manusia jujur itu lalu dikebumikan oleh kedustaan dan kepalsuan sepanjang masa.

Siapakah sosok misterius itu, yang eksistensi kehidupannya menjadi kutub magnet dunia – bahkan menjadi pusatnya bumi. Dan yang dalam kebisuannya saja menjadikan dunia dipenuhi oleh suaranya? Hanya dia seorang yang mau memenjarakan hidupnya dalam kenestapaan tak terperi. Tidak ada manusia lain yang secara sukarela mau menenggelamkan hidupnya, hanya demi menjalankan sebuah misi kehidupan yang nyaris sia-sia.

Siapakah dia, yang dengan sujud dan simpuhnya mampu mengundang kehadiran Sang Rabb Pencipta Alam, dan yang dengan kidung sunyinya bisa menyelamatkan dunia dari kegelapan serta keruntuhan.

Dialah manusia hening yang menghingar-bingarkan alam raya, dengan suara-suara tak sedap. Dialah manusia yang penuh kesenyapan, yang dengan diamnya ternyata tak mampu membungkam kehidupan. Dia bernama Muhammad


********************

Kita membicarakan sebuah spirit atau ruh agung, yang keberadaannya terasingkan dari dunia, tetapi bukan diasingkan oleh dunia. Dan kita akan memandang sebuah wajah yang mampu mengalahkan kecemerlangan sejuta kerlip bintang. Bukan dikarenakan oleh ketampanannya, melainkan dari keelokan pekertinya – yang menjadi panutan seluruh alam semesta.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S.33.21)

Kemanakah orang-orang pembuat sejarah tentang revolusi Che Guevara, yang dipuja-puji oleh banyak pihak? Datangkanlah mereka ke hadapan Muhammad, manusia pengusung revolusi kebenaran dan keadilan – dalam kesempurnaan wujud manusia. Pencetus peralihan peradaban di jazirah Arab menuju ke alam kesempurnaan manusia.

Dan dimanakah manusia-manusia yang selama ini membuat sejarah tentang Muhammad, yang kata-katanya begitu kering, kaku dan nyaris tak bernyawa. Padahal sosok yang ditulisnya itu seorang pahlawan yang menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, dan dia adalah alasan bagi diciptakannya dunia beserta seisinya. Apakah mereka kehabisan kata-kata untuk memaknai perjuangannya, ataukah mereka sudah kehilangan inspirasi untuk meraih idealisasinya?

Sama halnya dengan para pecinta dan pemuja Muhammad yang bertebaran di muka bumi, para penulis sejarah Rasulullah terkena sindrom persepsi. Mereka semua dibiaskan oleh opini-opini yang dikembangkan melalui kebencian membabi-buta. Pelakunya adalah orang-orang yang memujanya, namun sekaligus yang menikamnya juga dari belakang. Itulah realitas misterius Muhammad, seorang Nabi dan Rasul yang sangat dicintai umatnya, namun sekaligus dihinakan eksistensinya. Jarang ada yang mengetahui kalau sejarah Muhammad adalah sejarah yang berisi kebencian, dendam, intrik, penghianatan dan kepalsuan-kepalsuan.

Rasul itu berdo`a: "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku." (Q.S.23.39).

Tak ada yang mendengar, apalagi mempedulikan jeritan yang menyayat kalbu itu, karena Muhammad berteriak dalam hening. Ia melolong sakit dalam kehampaan ruang udara, sehingga hanya semesta raya yang mampu meresponnya. Perhatikanlah Kata-Kata penghibur dari Allah,:

“Allah berfirman: “Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.” (Q.S.23.40).

“Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah orang-orang yang zalim itu.” (Q.S.23.41).

“Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain.” (Q.S.23.42).

Jiwa Muhammad bukanlah terangkai atas angkara murka, dan tidak juga nafsu. Ia tidak suka dengan kebinasaan, dan oleh karenanya ia pun menolak “tawaran” simpatik Allah untuk mengganti umatnya yang sangat menyebalkan itu dengan umat-umat lain yang kualitasnya jauh lebih baik.. Tidak ada keinginannya untuk menggantikan umat yang sangat dicintainya itu. Yang hingga di detik-detik hayatnya pun ia tetap memikirkan keberadaan umatnya, di mana dalam dekapan Ali bin Abi Thalib beliau masih sempat menyatakan kecemasannya, “umatku, umatku….,” Sebelum akhirnya sang raga melepas kepergian ruh sucinya.

Adakah kerupawanan jiwa lainnya yang mampu menyaingi keelokan akhlak semulia itu? Masihkah ada yang berani menyatakan kenal dengan Muhammad, kalau orang bersangkutan tidak mengetahui kalau kecintaan Muhammad kepada umatnya itu dibawa hingga ke akhir hayat?

Masihkah ada yang berani menyatakan kenal dengan Muhammad kalau ia tidak mengetahui kebungkamannya, ketika beliau menolak tawaran Allah untuk menggantikan umatnya dengan umat yang baru – dan yang jauh lebih patuh?

Tidak, tak ada yang mengetahui secara pasti sosok yang misterius itu. Semua mitos yang berbicara tentang dirinya adalah bohong belaka. Segala riwayat yang berhubungan dengan dirinya hanyalah kisah rekaan saja, imajinatif, yang cuma bisa meraba-raba. Dalam kegelapan.

Muhammad adalah pribadi yang hening, yang kata-katanya bening laksana embun pagi. Ia tak banyak bicara, karena udara dari napasnya yang semerbak akan membuat surga hilang keharumannya. Muhammad sangat jauh berbeda dengan nabi Isa, yang jeritan serta lengkingannya ketika sedang disalib sangat jelas terdengar di udara bebas, dan sangat nyata:

“Eloy, eloy, lama sabakhtani.,”-- Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau tinggalkan aku? (Markus 15.34).

Nuansanya seperti ada nada penyesalan dan kesan yang menyalahkan – meskipun tidak seperti itu pastinya.

Keluhan Rasulullah dalam ayat Al Mukminun ayat 39 tadi “Ditulis” sendiri oleh Allah, yakni untuk memberi tahu umat Muhammad bahwa Rasul-Nya itu telah membuat suatu keputusan yang sangat heroik dan luhur -- suatu hal yang tidak mampu dilakukan oleh Musa :

“Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih." (Q.S.10.88).

Atau nabi-nabi yang lain, :

“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih,” (Q.S.25.37).

“dan (Kami binasakan) kaum `Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.” (Q.S.25.38).

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya)” (Q.S.68.48).

“Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.”(Q.S.26.139).

“Kemudian Kami binasakan yang lain.” (Q.S.26.172).

Muhammad bungkan seribu basa. Tak ada yang keluar satu patah pun kata dari mulutnya yang suci. Dia hanya bisa melengking dalam diam. Dan karenanya, untuk menunjukkan respek dan kekaguman kepada Muhammad, Allah memerintahkan Malaikat dan seluruh alam semesta untuk bershalawat kepadanya.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S.33.56)

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Q.S.33.57)

Kepiluan Rasulullah bukanlah kepiluan yang didramatisir dan membutuhkan pelepasan. Karena kepedihan itu hanya berasal dari ketidakmampuan umatnya untuk sekedar bisa mengenalnya dan kemudian memahaminya. Tidak ada penyesalan dalam dirinya yang suci, dan tidak ada dendam dalam kalbunya yang lembut -- meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Muhammad terlalu mencintai umatnya, sehingga ketika ia tidak mampu lagi mengekspresikan rasa pedihnya, ia pun menjerit, dengan lengkingan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Namun Allah Maha Mendengar, dan bisa memahami kegelisahannya. Tapi Yang Maha Bijaksana sudah mengetahui jawaban dari wujud ruh kesempurnaan yang Ia ciptakan sendiri.

Manusia pendiam itu berduka, karena umat yang dicintainya menginterpretasikan dirinya sebagai orang yang nyinyir, cerewet dan banyak bicara. Dia semakin terdiam begitu mengetahui kalau ada sekitar 600.000 ucapannya yang dicatat umatnya. Alangkah bahagianya Muhammad seandainya saja hal itu benar-benar terjadi, bahwa catatan tersebut menunjukkan bukti kecintaan umat kepada dirinya. Tapi itu tidak pernah terjadi, karena sesungguhnyalah, Muhammad adalah pribadi yang hening, dan “bahasanya” jauh berbeda dengan bahasa umatnya. Tidak aneh, kalau pada kenyataannya sang umat tidak mampu mengenalinya.

“Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?” (Q.S.23.69)

Mengingat :

“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S.53.4).

Wahai, mengertikah kita semua dengan frasa ucapannya itu? Alangkah harum dan segarnya setiap seruan yang disampaikan Muhammad, karena segala apa yang diucapkannya (every single word he said) semuanya adalah wahyu, dan yang keluar dari mulutnya hanyalah kebenaran serta keadilan-Nya. Apa tidak berlebihan jika dikatakan kalau harum mulutnya mengalahkan aroma surga? Bandingkanlah dengan hadist, yang keberadaannya justru malah menutup pintu surga dan membuka lebar-lebar pintu neraka, karena sifatnya yang hanya berisikan penyesatan dan pelbagai macam pendustaan.

HADIST JANGGUT

HADIST HADIST LUCU

HADIST-HADIST ANEH ABU HURAIRAH

Berikut ini penulis catatkan beberapa hadist dari Abu Hurairah, yang sangat aneh dan tidak masuk akal untuk disampaikan oleh seorang Nabi Allah. Tujuan dari penulisan ini bukan untuk menghina, melainkan menegaskan tentang apa yang sudah dibahas, bahwa terlalu riskan untuk menjejakkan keyakinan kita kepada sesuatu yang sangat rapuh dan dangkal.

Kalau mau ditulis lebih lanjut, sebenarnya masih menggunnung hadist-hadist dari “sahabat” lain, yang isinya malah lebih “menyeramkan” dari apa yang tertuang di sini. Dan hebatnya, semua mendapat label “shahih”, baik dari Bukhari maupun Muslim.

Tentang Nabi Musa
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Nabi Musa adalah orang yang pemalu dan tidak pernah terlihat auratnya. Orang-orang Bani Israil menuduhnya bahwa beliau berpenyakit burut pada kemaluannya.

Pada suatu ketika Nabi Musa mandi di sebuah sungai. Ia letakkan pakaiannya di atas sebuah batu. Tetapi, batu itu hanyut dibawa air. Lalu Musa mengejar untuk menggapainya dengan menggunakan tongkat seraya berkata, “Pakaianku hanyut terbawa batu! Pakaianku hanyut terbawa batu!, hingga akhirnya ia berhenti di sekelompok orang-orang Bani Israil, yang kemudian melihat ketelanjangannya.
(Dalam riwayat Bujhari, batu itu pergi dengan melompat-lompat sambil dikejar Nabi Musa dengan telanjang).

Lalu turunlah ayat Al Qur’an (Q.S.33.69) yang berbunyi, ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Sesungguhnya Musa adalah orang yang mempunyai kedudukan yang terhormat dan mulia di sisi Allah.”

Tentang Asma ul Husna
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda: "Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu 100 kurang satu. Siapa yang menghafalnya akan masuk surga." (Sahih Bukhari)

Tentang Nabi Musa
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Pada suatu ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Nabi Musa. Lalu malaikat pencabut nyawa tersebut berkata kepadanya, “Hai Musa, penuhilah panggilan Tuhanmu!”
Maka Nabi Musa merasa geram dan menampar mata malaikat tersebut hingga keluar matanya. Kemudian malaikat pencabut nyawa itu pulang kembali kepada Allah seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, Engkau telah mengutuskan kepada hamba-Mu. Tetapi hamba-Mu yang satu ini rupanya tidak ingin segera mati dan bahka ia menampar mataku hingga keluar.

Lalu Allah mengembalikan mata malaikat itu seraya bertitah, “Kembalilah kepada hamba-Ku itu dan katakanlah kepadanya, ‘Apakah kamu, hai Musa masih ingin hidup? Jika kamu masih ingin hidup, maka letakkan tanganmu di atas punggung sapi. Kalau tanganmu dapat tertutup oleh bulunya, niscaya kamu akan dapat hidup setahun lagi.” Akhirnya malaikat pencabut nyawa itu datang kembali menemui Nabi Musa sambil menyampaikan titah Allah kepadanya. Lalu Musa bertanya, “Hai Malaikat pencabut nyawa, bagaimana halnya jika tanganku tidak dapat tertutup oleh bulu sapi itu?” Maka malaikat pencabut nyawa itu menjawab, “Kalau begitu kamu pasti akan mati.”

“Ya Rabbi, “Seru Musa, “Sepertinya ajal hamba telah dekat. Oleh karena itu, dekatkanlah hamba ke tanah yang diberkati sejauh lemparan satu batu.”
Rasulullah pun berkata, “Demi Allah, seandainya aku berada di tempat itu, tentu aku akan tunjukkan kepadamu kuburannya di suatu jalan di sisi bukit pasir merah. (Muslim, 7/100).

Tentang Nabi Isa
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Bahwasanya Rasulullah telah bersabda, “Tidak ada bayi yang dilahirkan ke dunia ini, melainkan lambungnya pernah ditusuk oleh jari syaitan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan, manakala seorang bayi lahir, maka ia pun akan menangis karena tususkan jari syaitan, terkecuali Nabi Isa dan ibunya, Maryam (Muslim 7/97)

Tentang Ruh
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Sesungguhnya manusia itu seperti tambang perang dan emas. Mereka yang terhormat pada masa-masa jahiliyah akan terhormat pula di masa Islam, jika mereka memahami.
Roh-roh itu seperti prajurit yang bermacam-macam, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan berselisih satu sama lain.” (Muslim 41-42)

Tentang Nabi Adam
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Kelompok pertama umatku yang akan masuk surga adalah orang-orang yang berwajah seperti bulan purnama. Berikutnya adalah orang-orang yang berwajah seperti bintang-bintang yang paling terang di langit. Setelah itu orang-orang yang kedudukannya lebih rendah, (yaitu) mereka yang tidak buang hajat, tidak buang air kecil, tidak mengeluarkan ingus, dan tidak meludah (sembarangan).
Sisir mereka terbuat dari emas, wangi-wangian mereka berasal dari kayu gaharu, keringat mereka berbau munyak kasturi, bentuk rupa mereka sama seperti Adam, yaitu enam puluh hasta.” (Muslim 8/147)

Tentang mengintip
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Seandainya ada seseorang yang mengintip ke rumahmu tanpa meminta izin, maka lemparlah ia dengan kerikil sehingga kamu dapat mencungkil matanya, dan kamu tidak berdosa karenanya.” (Muslim/181)

Demikian sebagian kecil dari riwayat-riwayat yang disampaikan oleh seorang sahabat besar, yang termasuk paling banyak mengoleksi hadist Rasulullah – yang ilmunya banyak dipakai hingga pelosok-pelosok wilayah di Indonesia. Sekali lagi, saya sama sekali tidak tertarik untuk membahasnya, karena tidak ingin memunculkan polemik-polemik baru. Lucuuuuuu!!!!

HADIST MI'RAJ

Salamun-alaikum,
Ada yang seru nih. Heboh dan unbelieveable aja pokoknya. Ini berhubungan dengan Mi’raj Nabi kita ke sidratul muntaha sewaktu menerima perintah shalat untuk pertama kalinya. Konon, Allah sendiri yang meminta beliau untuk mendatangi-Nya.

Maksud dari penuturan kami tentang perintah shalat ini adalah untuk menunjukkan salah satu contoh hadist-hadist Israiliyat yang sudah begitu mendarah-daging dan yang sangat diyakini kebenarannya oleh umat Islam sampai sekarang, yaitu tentang peristiwa Isra-Mi’raj. Memang saat ini sudah banyak pihak yang disadarkan bahwa Isra-Mi’raj itu berasal dari riwayat hadist yang dibuat secara asal-asalan. Tetapi masalahnya, mengapa perayaan Isra-Mi’raj tetap saja dilaksanakan umat Islam secara serentak dengan segala upacara kebesarannya?

Meyakini peristiwa Mi’raj adalah kufur, dan hanya orang-orang yang tidak beriman saja yang masih mau meyakini adanya peristiwa Mi’raj tersebut. Kita hanya akan menyoroti peristiwa Mi’raj, karena peristiwa Isra secara jelas digambarkan di dalam Al Qur’an :

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S.7.1).

Hadist Mi’raj sebenarnya ingin menyatakan kepada dunia bahwa nabi Muhammad atau Islam berada di bawah hegemoni nabi Musa (Yahudi) dan nabi Isa (Kristen), di mana ketika nabi mendapat perintah shalat yang 50 waktu dari Allah, nabi Musa langsung menyuruh Rasullullah agar meminta dispensasi dari Allah, karena dengan alasan bahwa umat Islam tidak akan mampu melaksanakannya. Namun begitu Allah bersedia menurunkan perintah tersebut menjadi hanya 25 saja, giliran nabi Isa (pada riwayat lain masih nabi Musa) yang menganjurkan Rasulullah meminta penurunan jumlah shalat lagi. Dan ketika Allah lagi-lagi mengabulkan permintaan nabi Muhammad dengan hanya memerintahkan shalat 5 waktu, lagi-lagi Musa melarangnya (dalam riwayat lain nabi Isa atau nabi-nabi lainnya) karena masih dianggap terlalu berat. Namun Rasulullah keberatan dengan saran Musa yang terakhir itu – dengan alasan malu kepada Allah -- sehingga dilaksanakanlah shalat yang 5 waktu itu hingga saat ini.

Allah memberikan manusia dengan akal budi yang sempurna. Tapi kalau masih bisa dibuai dan dikelabui oleh cerita dongengan semacam itu, sepertinya sia-sia saja anugerah tersebut. Tahukah antum alasannya, mengapa orang-orang yang meyakini dan ikut menyemarakkan acara Isra-Mi’raj itu dianggap kufur dan tidak beriman? Pertama, dengan meyakini itu berarti kita bersepakat bahwa Allah tidak determinan (menentukan) terhadap perintahnya, tidak berketetapan dan tidak konsisten. Bagaimana Allah yang Maha Berkehendak, Maha Berkuasa, dan Maha Menentukan atas segala sesuatunya bisa dinegosiasikan keputusannya oleh makhluk? Apa hak Muhammad bernegosiasi dengan Allah, dan apakah dia berani untuk berbuat seperti itu? Kedua, di mana kredibilitas Muhammad kalau sampai mau “disuruh” Musa dan Isa untuk meminta kebijakan Allah, karena bukankah Muhammad adalah nabi akhir zaman dan risalah yang dibawanya pun merupakan penyempurnaan dari kitab-kitab yang dibawa oleh Musa dan Isa? Ketiga, kalau hanya soal waktu shalat, bukankah di Al Quran sudah ada penjelasan tentang waktu-waktu yang sudah ditetapkan-Nya? Keempat, apa hak nabi Musa dan nabi Isa bertanya-tanya tentang hasil audiensi Allah dan nabi Muhammad. Mengapa bukan nabi Ibrahim atau nabi Adam yang menginterogasi nabi Muhammad? Kelima, apa Allah tidak akan murka kalau mengetahui bahwa perintah-Nya dianulir oleh nabi Musa dan nabi Isa? Dan keenam, alangkah lucunya membayangkan nabi Muhammad berboncengan dengan malaikat Jibril dalam kendaraan Bouraq, yang katanya, doi berkepala manusia dan berbadan hewan.

Subhanakumullah, sadarkah umat Islam kalau sudah diperdaya, dikelabui dan juga dipermainkan dengan hadist-hadist yang menghinakan seperti ini? Dimanakah akal dan intelektualitas kita kalau dengan “permainan” keji seperti itu saja kita sudah ditaklukan? Pantaskah kita menyandang predikat sebagai khalifah di muka bumi dengan kenyataan-kenyataan kekalahan seperti tadi? Alangkah memalukan dan menyedihkannya umat ini, yang hanya untuk mengidentifikasi shalat yang lima waktu saja harus melacurkan diri kepada hadist-hadist yang mengadopsi petualangan para nabi orang Yahudi dan Kristen.

Kenalkah anda dengan Allah. Kenalkah anda dengan Rasulullah serta Al Quran? Sengaja kalimat-kalimat pertanyaan ini disinisin, yakni supaya kita selalu sadar tentang adanya kewajiban agar mengenal lebih jauh tentang Allah, Rasulullah dan Al Quran, karena hanya dengan cara otokritik seperti inilah kita akan mendapatkan jawaban-jawaban yang konkret. Ternyata memang, kita lebih mengenal kekeras-hatian dan kekepala-batuan kita dibandingkan mengenal keagungan serta keadilan Allah, Muhammad dan Al Qur’an.

Lagi marah sama pembuat hadist Mi’raj
Kampung halaman, 26 Juli 2009

SOSOK MISTERIUS ABU HURAIRAH

AMIN/AMEN


Salamun-alaikum,

Beberapa waktu lalu banyak yang bertanya kepada si orang awam ini tentang maksud, tujuan serta asal-muasal dari penyebutan kata “amin” di akhir pembacaan surat al Fatihah dalam shalat dan pada setiap penutup doa-doa. Ada yang bertanya karena tidak tahu, atau juga ada yang nekad menyatakan pendapat. Tetapi pada intinya sama; mereka semua sama bodohnya dengan si orang awam ini, yang tidak menemukan satu literatur pun dalam sistem informasi Al Qur’an. Aneh juga, kenapa sesuatu yang tidak tercantum pada Al Qur’an, tapi mampu memenuhi ruang transedental kita, dengan semerbak yang jauh dari terminologi harum? Ohh, ternyata kata “amin” ini didapat dengan cara yang ilegal, dan dengan semangat sok tau : di mana akhirnya kata Amin diketemukan berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti “pasti” atau “benar”, sebagaimana yang diterangkan dalam Perjanjian Lama, Kitab 1 Tawarikh 16.36 berikut ini :

“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: “Amin” Pujilah Tuhan!” .

Begitu pula yang terdapat dalam kitab Injil, Wahyu, 20-21 :

“Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”

“Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.”

Pengucapan amin di dalam tradisi Islam yang didasarkan pada sebuah hadits yang berasal dari Abu Hurairah itu ternyata sama sekali tidak mempunyai landasan dalam Al Qur’an. Jadi kalau begitu, apa tidak lebih baik jika kita terima saja anggapan kalau Islam banyak mendapat asupan dari ajaran-ajaran sebelumnya, dibandingkan tidak mengaku sama sekali dan malah menuduh pihak-pihak lain yang menganut paham Al Qur’an murni sebagai pro Kristen atau antek Yahudi. Apa lagi kata Abu Hurairah, barangsiapa yang mengucapkan kata amin di akhir surat Al Fatihah dan kemudian bersamaan waktunya dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosa-dosanya – dan kemudian masuk surga. Enak ya?

Akhirnya kata amin diucapkan berulang-ulang dalam setiap doa yang dilakukan umat Islam. Mimbar-mimbar, mesjid-mesjid, rumah-rumah, ruang-ruang dan lapangan-lapangan dipenuhi oleh seruan orang yang membalas doa-doa yang disampaikan oleh ustadz, ulama dan para pemimpin lainnya. Simaklah dengan apa yang diajarkan Al Qur’an berikut ini:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.” (Q.S.10.9)

Doa mereka di dalamnya ialah “Subhanakallahumma, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillahi Rabbil’alamin.” (Q.S.10.10)

Betapa dahsyat ilmu hipnotis yang dipakai oleh pihak pembuat skenario dan sekaligus menyutradarai dari kesimpang-siuran akidah ini. Dan sangatlah hebat teknik-teknik pemutarbalikan fakta – sejarah, mitos dan syariat -- yang selama ini mereka gunakan, sehingga mampu menggelapkan dan menebar ketidakwarasan orang-orang Islam di seluruh dunia. Dan kembali, kata iman menjadi kunci bagi alasan diturunkannya surat tersebut. Sangat wajar jika banyak kaum tidak beriman yang mengucapkan amin sebagai penutup doa-doanya.

Oya, ada yang lebih sadis dan mengerikan lagi kalau informasi seputar “amin” atau amen kita teruskan. Bayangkan, ternyata amen adalah sebutan suci terhadap salah satu berhala, yang berasal dari peradaban Mesir Kuno di daerah Karnac. Makhluk aneh itu dikenal dengan panggilan agung “Amen” (Ra). Gambarnya mantap lagi, karena memperlihatkan “beliau” yang sedang berdiri dengan kedua telapak tangan yang saling menutup di dada (mirip orang yang sedang berdiri shalat).

Penjelasan lebih lengkap tentang Amin/Amen ini ada di dalam e-book 'REKONSTRUKSI KEIMANAN'.

SURGA & NERAKA

KHITAN/SUNAT

Mau bukti lain? Coba saja kalau anda berani tidak disunat atau dikhitan. Jangankan tidak disebut berdosa, disebut dengan Islam aja enggak. Karena menurut keyakinan semua umat Islam, syarat seseorang masuk Islam adalah dengan dikhitan terlebih dahulu. Padahal Al Qur’an secara jelas dan telak telah melarang setiap orang untuk mengubah ciptaan Allah, di mana menurut :

Al Qur’an.95.4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Al Qur’an.54.49
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Al Qur’an.13.8
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.

Al Qur’an.4.119
”Dan sungguh, aku akan menyesatkan mereka, dan memenuhi mereka dengan khayalan, dan aku akan menyuruh mereka dan mereka akan memotong telinga binatang ternak; aku akan menyuruh mereka dan mereka akan mengubahi ciptaan Allah." Barang siapa yang mengambil syaitan untuknya sebagai wali (pelindung), menggantikan Allah, dia menderita satu kerugian yang nyata, serugi-ruginya.”

Seluruh umat Islam sedunia dipastikan akan menolak argumen Al Qur’an di atas, dan lebih berpihak kepada hadist-hadist yang mengindoktrinasi kita sejak sebelum lahir dengan riwayat-riwayat seperti ini :

Dari Abu Ja'far berkata, "Fathimah melaksanakan aqiqah anaknya pada hari ketujuh. Beliau juga mengkhitan dan mencukur rambutnya serta menshadaqahkan seberat rambutnya dengan perak." (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Dari Jabir bin Abdullah, bahwasannya Rasulullah melaksanakan aqiqah Hasan dan Husain serta mengkhitan keduanya pada hari ketujuh.(HR. Thabrani dan Baihaqi)

Dari Abu Hurairah, dia berkata, : “Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Nabi Ibrahim berkhitan pada usia delapan puluh tahun dengan menggunakan kapak.,” (Muslim 7/97)

Betul kan kalau dikatakan bahwa sesungguhnya kitab suci umat Islam adalah hadist? Kenapa? Karena tidak ada satu pun manusia Islam di dunia ini yang berani menyatakan kebenaran Al Qur’an. Coba deh lihat ke arah yang ini :

Kejadian 17 :9-14 (Perjanjian Lama)

(9)Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun temurun.

(10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus di sunat;

(11) Haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.

(12) Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki diantara kamu, turun temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.

(13)Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.

(14) Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."

Barnabas 22:2
Yesus menjawab: "Sungguh kukatakan kepadamu bahwa anjing lebih mulia dari seorang yang tidak bersunat"

Barnabas 23:15
Yesus bersabda: "Manusia yang tidak menyunat tubuhnya akan Aku cerai-beraikan dia dari kalangan keluarga-Ku untuk selama-lamanya"

Barnabas 23:17
Kemudian Yesus berkata:"Tinggalkan ketakutan itu orang yang tidak mengerat kulupnya, karena dia diharamkan dari surga Firdaus"

Lukas 2:21 (Perjanjian Baru)
"Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya"

Hebat ya, bukannya membela kebenaran kitab sucinya sendiri, orang Islam malah belain agama orang lain, melalui kebenaran hadistnya. Jadi sebenarnya hadist-hadist tadi itu lho yang melakukan justifikasi atau pembenaran terhadap kebenaran agama Taurat dan Injil, yang berarti mengebumikan Al Qur’an. Mirip dengan judul buku seorang ulama besar di Indonesia ya, yang tadinya mau membumikan Al Qur’an dengan hadist-hadist, tapi yang terjadi malah mengebumikan Al Qur’an dengan sukses? Karena bagaimana mungkin sebuah kitab yang tidak suci dipakai untuk menjabarkan keadilan dan kebenaran sebuah kitab suci? Bukankah itu adalah jawaban yang keren?

Penjelasan lebih lengkap tentang khitan/sunat ada di e-book 'REKONSTRUKSI KEIMANAN'.

Cipinang, 1 Agustus 2009

MENGENAL ALLAH